Kamis, 26 September 2013

Masalah Kependudukkan Indonesia


Masalah Kependudukkan Indonesia

I.         Kepadatan Penduduk
       Biro Sensus Amerika Serikat telah mengestimasi dan menerbitkan bahwa penduduk dunia mencapai 6,5 miliar jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Hasil yang didapat dari sekitar 6,5 miliar penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski Rusia juga terletak di Eropa).
Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah. Seperlima dari seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir diperkirakan hidup pada saat ini.
Tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.
Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005):
1.        Republik Rakyat Cina (1.306.313.812 jiwa)
2.        India (1.103.600.000 jiwa)
3.        Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
4.        Indonesia (241.973.879 jiwa)
5.        Brasil (186.112.794 jiwa)
6.        Pakistan (162.419.946 jiwa)
7.        Bangladesh (144.319.628 jiwa)
8.        Rusia (143.420.309 jiwa)
9.        Nigeria (128.771.988 jiwa)
10.    Jepang (127.417.244 jiwa)

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa. Sementara laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen masih lebih tinggi dari target yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu 1,27 persen, jika diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index mutu penduduk Indonesia masih harus ditingkatkan karena masih berada pada urutan ke 124 dari 187 negara. Persebaran penduduk juga tidak merata, sekitar 58 persen penduduk berada di Pulau Jawa.
Piramida penduduk Indonesia mengindikasikan bahwa Indonesia akan menghadapi Triple Burden, yaitu meningkatnya jumlah penduduk balita, remaja, dan lansia. Dari total penduduk, sebesar 28 persen atau 64 juta jiwa adalah remaja, dengan jumlah penduduk lanjut usia atau lansia sebesar 18 juta jiwa.

Jumlah penduduk yang besar membuat tekanan terhadap lingkungan hidup menjadi sangat besar pula. Paling tidak, 40 juta penduduk hidupnya tergantung pada keanekaragaman hayati di pantai dan perairan. Pada saat yang sama, bahwa sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sekitar 43% penduduk Indonesia masih tergantung pada kayu bakar. Tahun 2003, hanya 33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air bersih melalui ledeng dan pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami defisit air mencapai 53.000 meter kubik dan 7.500 meter kubik, sementara di Sulawesi 42.500 meter kubik. Saat yang sama banjir telah melanda di berbagai tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah salah mengelola air di Bumi ini.
Dampak lonjakan penduduk di Indonesia terhadap lingkungan hayati, sudah dapat kita lihat sejak tahun 2001, laporan Bank Dunia menyebutkan, bahwa luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982, menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan menjadi hanya 2,06 juta hektar pada tahun 1995. Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi yang meningkat dalam decade ini. Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan melaporkan tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta hektar per tahun. Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta hektar per tahun, maka 48 tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun pasir yang gundul dan panas. Lautan di Indonesia juga mengalami kerusakan terumbu karang. Data dari Bank Dunia bahwa saat ini sekitar 41% terumbu karang dalam keadaan rusak parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan hanya 5% yang masih dalamkeadaan alami. Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi telah hilang (sebagian besar menjadi tambak udang). Beberapa kawasan juga mengalami pencemaran. Ini terjadi di kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran, atau perairan yang bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti perairan teluk Jakarta dan Surabaya.

Negara memiliki cara penanggulangan masalah kepadatan penduduk, setidaknya cara ini juga sedang diterapkan oleh Indonesia untuk menekan angka kepadatan yang semakin tinggi. Pola berpikir masyarakat Indonesia sayangnya masih sulit untuk menerapkan cara-cara ini karena faktor-faktor lain. Hal-hal yang  diterapkan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk :
1.   Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
2.        Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
     
II. Kemiskinan 
     Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang masih tinggi dari target dan tidak diseimbangi dengan kemajuan pembangunan ekonomi akhirnya dapat menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan. Penanganan masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Berdasarkan pada berbagai catatan tentang masalah kemiskinan tersebut, pemerintah telah berupaya memadukan berbagai faktor penyebab kemiskinan dan menyusun strategi penanggulangan kemiskinan yang dituangkan dalam bentuk dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), yang diresmikan pada tanggal 27 April 2005 oleh Presiden RI, H. Susilo Bambang Yudhoyono. SNPK berusaha secara holistik memetakan masalah kemiskinan yang ada dan memusatkan strategi pada lima tonggak pengurangan kemiskinan, yaitu;
1.    Menciptakan peluang kerja (Creating Opportunity),
2.    Memberdayakan masyarakat (Community Empowerment),
3.    Mengembangkan kemampuan (Capacity Building),
4.    Menciptakan perlindungan sosial (Social Protection) dan,
5.    Membina kemitraan global (Forging Global Partnership).

III.   Pengangguran
Masyarakat di Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan merupakan pengabaian sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban bangsa dan masyarakat. Sumber utama kemiskinan adalah pengangguran yang tidak dicari jalan keluarnya secara cepat sehingga dapat meningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangatlah tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia sendiri yang sehat fisik dan mental serta mempunyai keterampilan dan keahlian kerja dibidangnya, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak dan mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya, itu semua perlu di dasari dengan adanya motivasi dari diri sendiri.
Masalah pengangguran seperti ini dapat dicari solusinya, selain dengan menambah lapangan pekerjaan sebaiknya masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Lapangan kerja yang diciptakan oleh masyarakat sendiri tidak hanya membantu mengurangi angka pengangguran tetapi juga akan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia untuk tidak selalu bergantung pada bangsa lain karena sebagian besar perusahaan yang ada di Indonesia adalah milik bangsa luar.

http://deateytomawin.wordpress.com/2010/01/21/dampak-permasalahan-penduduk-di-indonesia-terhadap-lingkungan-hidup/
http://www.antaranews.com/berita/380837/ini-permasalahan-kependudukan-di-indonesia