Masalah
Kependudukkan Indonesia
I.
Kepadatan
Penduduk
Biro Sensus Amerika Serikat
telah mengestimasi
dan menerbitkan bahwa penduduk dunia mencapai 6,5 miliar jiwa pada tanggal 26
Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Hasil yang didapat dari sekitar 6,5 miliar
penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di Asia.
Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski
Rusia juga terletak di Eropa).
Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini
terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah. Seperlima dari
seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir diperkirakan
hidup pada saat ini.
Tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB,
jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan
Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal
dimana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk
dunia mencapai 5 miliar jiwa.
Berikut
adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005):
1.
Republik Rakyat Cina (1.306.313.812 jiwa)
2.
India (1.103.600.000 jiwa)
3.
Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
4.
Indonesia (241.973.879 jiwa)
5.
Brasil (186.112.794 jiwa)
6.
Pakistan (162.419.946 jiwa)
7.
Bangladesh (144.319.628 jiwa)
8.
Rusia (143.420.309 jiwa)
9.
Nigeria (128.771.988 jiwa)
10.
Jepang (127.417.244 jiwa)
Hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6
juta jiwa. Sementara laju
pertumbuhan penduduk 1,49 persen masih lebih tinggi dari target yang harus
dicapai pada tahun 2010 yaitu 1,27 persen, jika diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia atau Human Development Index mutu penduduk Indonesia masih
harus ditingkatkan karena masih berada pada urutan ke 124 dari 187 negara. Persebaran
penduduk juga tidak merata, sekitar 58 persen penduduk berada di Pulau Jawa.
Piramida
penduduk Indonesia mengindikasikan bahwa Indonesia akan menghadapi Triple Burden, yaitu meningkatnya jumlah
penduduk balita, remaja, dan lansia. Dari total penduduk, sebesar 28 persen
atau 64 juta jiwa adalah remaja, dengan jumlah penduduk lanjut usia atau lansia
sebesar 18 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang besar membuat
tekanan terhadap lingkungan hidup menjadi sangat besar pula. Paling tidak, 40
juta penduduk hidupnya tergantung pada keanekaragaman hayati di pantai dan
perairan. Pada saat yang sama, bahwa sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di
bawah garis kemiskinan. Sekitar 43% penduduk Indonesia masih tergantung pada
kayu bakar. Tahun 2003, hanya 33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air
bersih melalui ledeng dan pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami
defisit air mencapai 53.000 meter kubik dan 7.500 meter kubik, sementara di
Sulawesi 42.500 meter kubik. Saat yang sama banjir telah melanda di berbagai
tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah salah
mengelola air di Bumi ini.
Dampak lonjakan penduduk di Indonesia
terhadap lingkungan hayati, sudah dapat kita lihat sejak tahun 2001, laporan
Bank Dunia menyebutkan, bahwa luas hutan mangrove di Indonesia mengalami
penurunan yang sangat signifikan, dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982,
menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan menjadi hanya 2,06 juta hektar
pada tahun 1995. Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi yang meningkat
dalam decade ini. Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan melaporkan tingkat
deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta hektar per tahun.
Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta hektar per tahun, maka 48
tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun pasir yang gundul
dan panas. Lautan di Indonesia juga mengalami kerusakan terumbu karang. Data
dari Bank Dunia bahwa saat ini sekitar 41% terumbu karang dalam keadaan rusak
parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan hanya 5% yang masih dalamkeadaan alami.
Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi telah hilang (sebagian besar menjadi tambak
udang). Beberapa kawasan juga mengalami pencemaran. Ini terjadi di
kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran, atau perairan yang
bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti perairan teluk Jakarta dan
Surabaya.
Negara
memiliki cara penanggulangan masalah kepadatan penduduk, setidaknya cara ini
juga sedang diterapkan oleh Indonesia untuk menekan angka kepadatan yang
semakin tinggi. Pola berpikir masyarakat Indonesia sayangnya masih sulit untuk
menerapkan cara-cara ini karena faktor-faktor lain. Hal-hal yang diterapkan untuk menekan pesatnya pertumbuhan
penduduk :
1. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk
membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan
mengurangi jumlah angka kelahiran.
2.
Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi
jumlah angka kelahiran yang tinggi.
II. Kemiskinan
Pertumbuhan
penduduk di Indonesia yang masih tinggi dari target dan tidak diseimbangi
dengan kemajuan pembangunan ekonomi akhirnya dapat menimbulkan
masalah lain yaitu kemiskinan. Penanganan masalah kemiskinan harus didekati
dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Berdasarkan
pada berbagai catatan tentang masalah kemiskinan tersebut, pemerintah telah
berupaya memadukan berbagai faktor penyebab kemiskinan dan menyusun strategi
penanggulangan kemiskinan yang dituangkan dalam bentuk dokumen Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), yang diresmikan pada tanggal 27
April 2005 oleh Presiden RI, H. Susilo Bambang Yudhoyono. SNPK berusaha secara
holistik memetakan masalah kemiskinan yang ada dan memusatkan strategi pada
lima tonggak pengurangan kemiskinan, yaitu;
1.
Menciptakan peluang kerja (Creating
Opportunity),
2.
Memberdayakan masyarakat (Community
Empowerment),
3.
Mengembangkan kemampuan (Capacity Building),
4.
Menciptakan perlindungan sosial (Social
Protection) dan,
5.
Membina kemitraan global (Forging
Global Partnership).
III. Pengangguran
Masyarakat
di Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan merupakan pengabaian sumber daya dan
potensi yang ada, menjadi beban bangsa dan masyarakat. Sumber utama kemiskinan
adalah pengangguran yang tidak dicari jalan keluarnya secara cepat sehingga dapat
meningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan
dalam jangka panjang.
Pembangunan
bangsa Indonesia kedepan sangatlah tergantung pada kualitas sumber daya manusia
Indonesia sendiri yang sehat fisik dan mental serta mempunyai keterampilan dan
keahlian kerja dibidangnya, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan
untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak dan mampu
memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya, itu semua
perlu di dasari dengan adanya motivasi dari diri sendiri.
Masalah
pengangguran seperti ini dapat dicari solusinya, selain dengan menambah
lapangan pekerjaan sebaiknya masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Lapangan kerja yang diciptakan oleh masyarakat sendiri tidak hanya membantu
mengurangi angka pengangguran tetapi juga akan meningkatkan kualitas hidup
bangsa Indonesia untuk tidak selalu bergantung pada bangsa lain karena sebagian
besar perusahaan yang ada di Indonesia adalah milik bangsa luar.
http://deateytomawin.wordpress.com/2010/01/21/dampak-permasalahan-penduduk-di-indonesia-terhadap-lingkungan-hidup/
http://www.antaranews.com/berita/380837/ini-permasalahan-kependudukan-di-indonesia